Tuliskan Deskripsi Yang Akan Anda Tampilkan

Translate

Selasa, 26 Mei 2015

Pengertian Dan Fungsi Wawancara Menurut Para Ahli


Pengertian Dan Fungsi Wawancara Menurut Para Ahli 
Wawancara, menurut Lexy J Moleong (1991:135) dijelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. 

Menurut Sutrisno Hadi ( 1989:192 ), wawancara, sebagai sesuatu proses tanya-jawab lisan, dalam mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri suaranya, tampaknya merupakan alat pemgumpulan informasi yang langsung tentang beberapa jenis data social, baik yang terpendam (latent) maupun yang memanifes. Wawancara adalah alat yang sangat baik untuk mengetahui tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, motivations, serta proyeksi seseorang terhadap masa depannya ; mempunyai kemampuan yang cukup besar untuk menggali masa lalu seseorang serta rahasia-rahasia hidupnya. Selain itu wawancara juga dapat digunakan untuk menangkap aksi-reaksi orang dalam bentuk ekspresi dalam pembicaraan-pembicaraan sewaktu tanya-jawab sedang berjalan. Di tangan seorang pewawancara yang mahir, wawancara merupakan alat pengumpulan data yang sekaligus dapat mengecek dan sebagai bahan ricek ketelitian dan kemantapannya. Keterangan-keterangan verbal dicek dengan ekspresi-ekspresi muka serta gerak-gerik tubuh, sedangkan ekspresi dan gerak-gerik dicek dengan pertanyaan-verbal.

Fungsi Wawancara 
Fungsi wawancara pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam tiga golongan besar: 

(1) sebagai metode primer
Wawancara dijadikan satu-satunya alat pengumpul data, atau sebagai metode diberi kedudukan yang utama dalam serangkaian metode-metode pengumpulan data lainnya.

(2) sebagai metode pelengkap
Ketika wawancara digunakan sebagai alat untuk mencari informasi-informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain.

(3) sebagai kriterium
Pada saat-saat tertentu metode wawancara digunakan orang untuk menguji kebenaran dan kemantapan suatu datum yang telah diperoleh dengan cara lain, seperti observasi, test, kuesioner, dan sebagainya. Dalam fungsinya sebagai kriterium ini, wawancara harus diselenggarakan dengan berhati-hati sebab untuk dijadikan batu penilai, wawancara tidak boleh diragukan kemampuannya untuk menggali fakta-fakta secara teliti.


Dalam tiga golongan fungsi itu tidak implisit bahwa golongan yang satu mempunyai harga yang lebih tinggi dari yang lain. Sebagai metode primer, wawancara mengemban suatu tugas yang sangat penting. Sebagai pelengkap metode, wawancara menjadi sumber informasi yang sangat berharga. Dan sebagai kriterium, wawancara menjadi alat yang memberikan pertimbangan yang memutuskan. Ditinjau dari segi tersebut, tiga fungsi pokok itu justru memperlihatkan bahwa wawancara merupakan suatu metode yang serba guna.

Jenis Wawancara 
a) Ditinjau dari segi banyaknya interviewee yang terlibat, wawancara dikelompokkan menjadi 2 :

o Wawancara Pribadi
Dalam wawancara pribadi tiap-tiap kali wawancara hanya berhadap-hadapan secara face to face seorang pewawancara dengan seorang subyek wawancara. Wawancara secara ini memberikan privacy yang maksimal sehingga kemungkinan untuk memperoleh data yang intensif memang sangat besar. Jika checking dapat dilakukan dalam wawancara itu juga, maka ketelitian dan kemantapan informasi yang diperoleh akan dapat dicapai secara maksimal. Kecuali itu dalam wawancara personal pengobservasian ekspresi dan gerak-gerik yang diwawancara akan dapat dilakukan lebih mudah. Ini akan memberikan bantuan yang tidak kecil kepada pewawancara dalam memberikan pernilaian terhadap jawaban-jawaban yang diberikan oleh yang diwawancara, pernilaian mana akan memberikan kesempatan kepada pewawancara untuk memutuskan apakahia perlumelancarkan suatu probing atau tidak, perlu memberikan paraphrasing atau tidak.

o Wawancara Kelompok
Dalam wawancara kelompok seorang pewawancara (atau lebih) sekaligus menghadapi dua orang atau lebih yang diwawancara. Hadirnya dua orang yang diwawancara itu sebenarnya bukan ciri mutlak dari wawancara kelompok.

Ditinjau dari segi waktu dan tenaga penyelenggaraan, wawancara kelompok Belum tentu lebih efisien daripada wawancara pribadi. Dalam praktik, tidak jarang wawancara secara kelompok memakan waktu dan tenaga yang lebih banyak. Hal ini terjadi jika anggota-anggota kelompok yang diwawancara saling berebutan ingin memberikan keterangan atau memberikan penjelasan-penjelasan yang pada hakekatnya hanya mengulang-ulang apa yang sudah diterangkan lebih dahulu oleh rekan-rekannya, atau di antara sesama yang diwawancara tidak terdapat kesamaan pendangan atau keterangan sehingga menimbulkan semacam debat di antara mereka sendiri. Akan tetapi konsumsi waktu dan tenaga akan dapat dihemat dalam wawancara kelompok jika pertanyaan hanya mengenai fakta-fakta obyektif yang sederhana, keadaan-keadaan yang tidak menimbulkan perselisihan, dan pendapat-pendapat yang tidak simpang-siur.

Wawancara kelompok sangat berguna sebagai alat pengumpulan data yang sekaligus difungsikan sebagai proses check crosscheck. Jika dapat dibentuk suasana sahabat karib yang sebebas-bebasnya, wawancara kelompok tidak hanya menjadi alat untuk memperoleh informasi tentang suatu konteks sosial yang luas dan lengkap, tetapi juga informasi-informasi tentang aksi-reaksi pribadi dalam konteks sosial itu. Para anggota dapat saling mengontrol jawaban rekan-rekannya, melengkapi mana-mana yang kurang, dan lebih menjelaskan mana-mana yang dipandang masih samar-samar atau kabur. 

b) Ditinjau dari struktur wawancaranya, wawancara dikelompokkan menjadi 3 :
o Wawancara tidak berstruktur, tidak berstandard, informal, atau berfokus
Wawancara ini biasanya diikuti oleh suatu kata kunci, agenda atau daftar topik yang akan dicakup dalam wawancara. Namun tidak ada pertanyaan yang ditetapkan sebelumnya kecuali dalam wawancara yang awal sekali.

Jenis wawancara ini bersifat fleksibel dan memungkinkan peneliti mengikuti minat dan pemikiran partisipan. Pewawancara dengan bebas menanyakan berbagai pertanyaan kepada partisipan dalam urutan manapun bergantung pada jawaban. Hal ini dapat ditindaklanjuti, tetapi peneliti juga mempunyai agenda sendiri yaitu tujuan penelitian yang dimiliki dalam pikirannya dan isyu tertentu yang akan digali. Namun pengarahan dan pengendalian wawancara oleh peneliti sifatnya minimal. Umumnya, ada perbedaan hasil wawancara pada tiap partisipan, tetapi dari yang awal biasanya dapat dilihat pola tertentu. Partisipan bebas menjawab, baik isi maupun panjang pendeknya paparan, sehingga dapat diperoleh informasi yang sangat dalam dan rinci.

Wawancara jenis ini terutama cocok bila peneliti mewawancarai partispan lebih dari satu kali. Wawancara ini menghasilkan data yang paling kaya, tetapi juga memiliki dross rate paling tinggi, terutama apabila pewawancaranya tidak berpengalaman. Dross rate adalah jumlah materi atau informasi yang tidak berguna dalam penelitian.

o Wawancara Semi Berstruktur
Wawancara ini dimulai dari isu yang dicakup dalam pedoman wawancara. Pedoman wawancara bukanlah jadwal seperti dalam penelitian kuantitatif. Sekuensi pertanyaan tidaklah sama pada tiap partisipan bergantung pada proses wawancara dan jawaban tiap individu. Namun pedoman wawancara menjamin bahwa peneliti mengumpulkan jenis data yang sama dari para partisipan. Peneliti dapat menghemat waktu melalui cara ini. Dross rate lebih rendah daripada wawancara tidak berstruktur. Peneliti dapat mengembangkan pertanyaan dan memutuskan sendiri mana isyu yang dimunculkan.

Pedoman wawancara berfokus pada subyek area tertentu yang diteliti, tetapi dapat direvisi setelah wawancara karena ide yang baru muncul belakangan. Walaupun pewawancara bertujuan mendapatkan perspektif partisipan, mereka harus ingat bahwa mereka perlu mengendalikan diri sehingga tujuan penelitian dapat dicapai dan topik penelitian tergali. 

o Wawancara berstruktur atau berstandard
Peneliti kualitatif jarang sekali menggunakan jenis wawancara ini. Beberapa keterbatasan pada wawancara jenis ini membuat data yang diperoleh tidak kaya. Jadwal wawancara berisi sejumlah pertanyaan yang telah direncanakan sebelumnya. Tiap partisipan ditanyakan pertanyaan yang sama dengan urutan yang sama pula. Jenis wawancara ini menyerupai kuesioner survei yang tertulis. Wawancara ini menghemat waktu dan membatasi efek pewawancara bila sejumlah pewawancara yang berbeda terlibat dalam penelitian. Analisis data tampak lebih mudah sebagaimana jawaban yang dapat ditemukan dengan cepat. Umumnya, pengetahuan statistik penting dan berguna untuk menganalisis jenis wawancara ini. Namun jenis wawancara ini mengarahkan respon partisipan dan oleh karena itu tidak tepat digunakan pada pendekatan kualitatif. Wawancara berstruktur bisa berisi pertanyaan terbuka, namun peneliti harus diingatkan terhadap hal ini sebagai isyu metodologis yang akan mengacaukan dan akan jadi menyulitkan analisisnya

Proses Wawancara 
Untuk memperoleh informasi yang rinci dan obyektif, seorang penyelidik dalam mengadakan wawancara tidak dapat bersikap egois dalam arti hanya mementingkan kebutuhannya sendiri semata-mata tanpa memperhatikan situasi orang yang diwawancara. Benar ia memerlukan data, data yang seteliti-telitinya dan sebanyak-banyaknya. Tetapi sementara ia harus dapat menggali fakta-fakta yang sedalam-dalamnya, ia tidak bisa mengabaikan perasaan dan reaksi benda hiduup yang simpati dan antipati, serta mempunyai kebebasan untuk menjawab atau tidak menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya. Ia bisa tersinggung oleh sikap dan kata-kata, dan ia bisa berbuat acuh-tak-acuh atau memberi jawaban yang tidak semestinya. Oleh sebab itu tak akan pada tempatnya jika penyelidik bersikap tak mau tahu terhadap kenyataan itu, tetapi ia mengharapkan informasi yang sebaik-baiknya dan secukup-cukupnya dari yang diwawancara.

Tahapan yang dapat digunakan dalam wawancara adalah: 
·                     Tentukan jenis wawancara yang akan digunakan. Kalau penelitian kualitatif, sebaiknya gunakan wawancara tidak terstruktur untuk pewawancara yang sudah berpengalaman, atau semi terstruktur untuk pewawancara yang belum berpengalaman. 
·                     Rencanakan item pertanyaan dengan baik sehingga pelaksanaan akan lebih efisien. Pewawancara harus mengerti tentang topik penelitian dan informasi apa saja yang akan diungkap dari responden. 
·                     Bagi pewawancara yang belum berpengalaman, tidak ada salahnya untuk melakukan latihan, atau simulasi terlebih dahulu. Bisa juga dengan mengikuti proses wawancara yang dilakukan oleh rekan yang lebih senior. 
·                     Gunakan sarana semaksimal mungkin sehingga informasi yang ada tidak terlewatkan. Buatlah panduan dengan checklist (seperti metode dokumentasi) atau gunakan alat perekam audio atau video. 
·                     Aturlah waktu dengan baik agar pelaksanaan wawancara dapat berjalan dengan efektif dan jika perlu dapat dilakukan tatap muka lebih dari satu kali sesuai dengan keperluan penelitian. 
Waktu dan tempat wawancara harus dirundingkan sebaik-baiknya agar penetapan waktu dan tempat tidak terlalu menekan keadaan yang diwawancara. Akan lebih baik jika penetapan waktu dan tempat itu diserahkan kepada yang diwawancara. Jika yang diwawancara menginginkan privacy, hal ini hendaknya tidak menjadikan keberatan pewawancara. Field & Morse (1985 dalam Holloway & Wheeler, 1996) menyarankan bahwa wawancara harus selesai dalam satu jam. Sebenarnya waktu wawancara bergantung pada partisipan. Peneliti harus melakukan kontrak waktu dengan partisipan, sehingga mereka dapat merencanakan kegiatannya pada hari itu tanpa terganggu oleh wawancara, umumnya partisipan memang menginginkan waktunya cukup satu jam. Peneliti harus menggunakan penilaian mereka sendiri, mengikuti keinginan partisipan, dan menggunakan waktu sesuai dengan kebutuhan topik penelitiannya. Umumnya lamanya wawancara tidak lebih dari tiga jam. Jika lebih dari tiga jam, konsentrasi tidak akan diperoleh bahkan bila wawancara tersebut dilakukan oleh peneliti berpengalaman sekalipun. Jika dalam waktu yang maksimal tersebut data belum semua diperoleh, wawancara dapat dilakukan sekali lagi atau lebih. Beberapa kali wawancara singkat akan lebih efektif dibanding hanya satu kali dengan waktu yang panjang.

Berbicara dengan orang lain merupakan aktivitas yang relatif mudah, tetapi melakukan wawancara merupakan kegiatan yang tidak mudah. Hal ini disebabkan wawancara memiliki batas-batas metodologis yang harus dipatuhi oleh pewawancara, sedangkan berbicara (ngobrol) tidak memiliki metodologi tertentu, dalam arti orang boleh saja mengajak ngobrol lawan bicaranya sesuka hati tanpa dikendalikan oleh misi pembicaraannya. 

Untuk melaksanakan wawancara dengan baik, maka ada beberapa faktor utama yang harus diperhatikan dalam wawancara yaitu: bagaimana pewawancara, apa isi wawancara, bagaimana situasi wawancara, dan bagaimana kesiapan responden. Paling utama di dalam melakukan wawancara adalah memperhatikan kemampuan pewawancara dalam mengendalikan wawancaranya. Efektivitas wawancara banyak tergantung pada pewawancara. Dalam beberapa situasi, diketahui, perasaan rasa aman dari pewawancara atau responden juga menentukan makna jawaban yang dibutuhkan. Dalam keadaan yang tidak menjamin rasa aman, kadang kala orang akan bertanya lain atau menjawab lain dari apa yang sesungguhnya dilakukan, ini semua agar mereka terhindar dari kesulitan yang dibayangkan akan terjadi.

Pedoman Wawancara 
·                     Memberi bimbingan tentang pokok yang ditanyakan
·                     Menghindarkan kemungkinan lupa tentang beberapa persoalan yang relevan terhadap pokok penyelidikan
·                     Meningkatkan wawancara sebagai metode yang hasilnya memenuhi prinsip komparabilitas. (Hadi, 1992)

Pedoman wawancara berstruktur
·                     Tentukan tujuan wawancara
·                     Buat batasan dari tujuan secara operasional
·                     Jabarkan operasioanlisasi dalam rincian

TIPS: tanyakan pada diri sendiri, mengapa mengajukan suatu pertanyaan?
Pedoman wawancara tidak terstruktur
·                     Tentukan tujuan wawancara
·                     Jabarkan tujuan dalam garis besar informasi yang ingin diperoleh
·                     Tidak perlu ada pertanyaan rinci, gunakan pedoman bahwa “peneliti/pewawancara adalah alat”.

Pewawancara
·                     Memberikan penjelasan secukupnya pada responden tujuan wawancara
·                     Mengikuti pedoman : urutan pertanyaan, penggunaan kata, tidak melakukan improvisasi
·                     Mengendalikan wawancara, tetapi idak terlibat ( tidak sugeftif, beropini, menginterpretasikan pertanyaan). (Fontana & Frey, 1994)
Sumber – Sumber Kesalahan 
·                     Jawaban socially desirable
·                     Pada tipe kuesioner, sumber kesalahan cenderung terletak pada penggunaan katanya
·                     Pada teknik bertanya, kasus penambahan kata sering menjadi sumber kesalahan dalam wawancara. (Fontana & Frey, 1994)
Kesalahan melaporkan hasil suatu wawancara dapat dicari dari sumber-sumber sebagai berikut: 
·                     Error of Recognition: disebabkan oleh ingatan pewawancara tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Kegagalan ingatan untuk mereproduksi apa yang sudah ditangkap. Usaha untuk menekan error ini sampai sekecil-kecilnya harus ditujukan kepada menyingkirkan sebab-sebabnya. 
·                     Error of Omission. Error ini terjadi jika banyak hal yang seharusnya dilaporkan, dilewatkan saja dan tidak dilaporkan. Semua laporan wawancara dalam praktiknya selalu mengalami error ini. Error of omission terjadi yang paling sedikit pada wawancara yang dicatat secara mekanik (dengan tape recorder, dictaphone, dan semacamnya), lebih banyak pada wawancara yang dicatat dengan kode-kode, lebih banyak lagi pada wawancara yang dicatat secara biasa, dan paling banyak pada wawancara yang tidak dicatat. 
·                     Error of Addition. Error ini terjadi karena penulis laporan telah terlalu melebih-lebihkan atau telah memasak jawaban-jawaban yang diwawancara. Kecenderungan menambah-nambah ini dapat dicegah jika pelapor tidak mengenalkan logikanya sendiripada logika orang yang diwawancara. 
·                     Error of Substitution. pelapor tidak dapat mengingat-ingat dengan benar apa yang sudah dikatakan oleh yang diwawancara, tetapi dalam laporannya mencoba mengganti apa yang ia lupakan dengan kata-kata lain yang mempunyai arti yang lain daripada yang dimaksudkan oleh penjawab. Ada baiknya jika ada hal-hal yang khusus atau meragu-ragukan diterangkan artinya dan dicatat sebaik-baiknya. 
·                     Error of Trasposition. Error ini terjadi jika ingatan pelapor tidak mampu mereproduksi keurutan kejadian menurut waktu atau hubungan antara fakta-fakta seperti apa adanya, dan pelapor menuliskan keurutan atauhubungan itu tidak sperti adanya. Error ini lebih jarang terjadi daripada error of omission, tetapi lebih sering daripada error of addition dan error of substitution.


Selasa, 17 Maret 2015

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN PIAGET DAN PERKEMBANGAN BAHASA VYGOTSKY


      I.        Pengertian Kognitif secara umum
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.
Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.

    II.        Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut. Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi.

Walaupun proses berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalaman dengan dunia sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia peroleh melalui pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punya. Piaget percaya bahawa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau priode-periode yang terus bertambah kompleks. Menurut teori tahapan Piaget, setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invariant, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkunagn serta adanya pengorganisasian struktur berfikir. Sebagai seorang yang memperoleh pendidikan dasar dalam bidang eksakta, yaitu biologis, maka pendekatan dan uraian dari teorinya terpengaruh aspek biologi.
Teori Piaget merupakan akar revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada proses mental. Piaget mengambil perspektif organismik, yang memandang perkembangan kognitif sebagai produk usaha anak untuk memahami dan bertindak dalam dunia mereka. Menurut Piaget, bahwa perkembangan kognitif dimulai dengan kemampuan bawaan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Dengan kemampuan bawaan yang bersifat biologis itu, Piaget mengamati bayi-bayi mewarisi reflek-reflek seperti reflek menghisap. Reflek ini sangat penting dalam bulan-bulan pertama kehidupan mereka, namun semakin berkurang signifikansinya pada perkembangan selanjutnya. Jean Piaget menyelidiki mengapa dan bagaimana kemampuan mental berubah lama-kelamaan. Bagi Piaget, perkembangan bergantung sebagian besar pada manipulasi anak terhadap dan interaksi aktif dengan lingkungan. Dalam pandangan Piaget, pengetahuan berasal dari tindakan. Teori perkembangan kognisi Piaget menyatakan bahwa kecerdasan atau kemampuan kognisi seorang anak mengalami kemajuan melalui empat tahap yang jelas. Masing-masing tahap dicirikan oleh kemunculan kemampuan-kemampuan baru dan cara mengolah informasi.
  • Pertumbuhan atau perkembangan kognitif terjadi melalui tiga proses yang saling berhubungan, yaitu:
1.    Organisasi
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk mengintegrasikan pengetahuan kedalam sistem-sistem. Dengan kata lain, organisasi adalah sistem pengetahuan atau cara berfikir yang disertai dengan pencitraan realitas yang semakin akurat. Contoh: anak laki-laki yang baru berumur 4 bulan mampu untuk menatap dan menggenggam objek.
Setelah itu dia berusaha mengkombunasikan dua kegiatan ini (menatap dan menggenggam) dengan menggenggam objek-objek yang dilihatnya. Dalam sistem kognitif, organisasi memiliki kecenderungan untuk membuat struktur kognitif menjadi semakin komplek. Struktur-struktur kognitif disebut skema. Skema adalah pola prilaku terorganisir yang digunakan seseorang untuk memikirkan dan melakukan tindakan dalam situasi tertentu. Contoh: gerakan reflek menyedot pada bayi yaitu gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan menarik.
2.            Adaptasi
Merupakan cara anak untuk memperlakukan informasi baru dengan   mempertimbangkan apa yang telah mereka ketahui. Adaptasi ini dilakukan dengan dua langkah, yaitu:
a.            Asimilasi, merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada peleburan informasi baru kedalam struktur kognitif yang sudah ada. Seorang individu dikatakan melakukan proses adaptasi melalui asimilasi, jika individu tersebut menggabungkan informasi baru yang dia terima kedalam pengetahuan mereka yang telah ada.
Contoh asimilasi kognitif: seorang anak yang diperlihatkan segitiga sama sisi, kemudian setelah itu diperlihatkan segitiga yang lain yaitu siku-siku. Asimilasi terjadi jika si anak menjawab bahwa segitiga siku-siku yang diperlihatkan adalah segitiga sama sisi.
b.            Akomodasi, merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada perubahan yang terjadi pada sebuah struktur kognitif dalam rangka menampung informasi baru. Jadi, dikatakan akomodasi jika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru. Melalui akomodasi ini, struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang mengalami perubahan sesuai dengan rangsangan-rangsangan dari objeknya.
Contoh: si anak bisa menjawab segitiga siku-siku pada segitiga yang diperlihatkan kedua.
3.  Ekuilibrasi
Yaitu istilah yang merujuk pada kecenderungan untuk mencari keseimbangan pada elemen-elemen kognisi. Ekuilibrasi diartikan sebagai kemampuan yang mengatur dalam diri individu agar ia mampu mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Agar terjadi ekuilibrasi antara diri dengan lingkungan, maka peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara terpadu, bersama-sama dan komplementer. Contoh: bayi yang biasanya mendapat susu dari payudara ibu ataupun botol, kemudian diberi susu dengan gelas tertutup (untuk latihan minum dari gelas). Ketika bayi menemukan bahwa menyedot air gelas membutuhkan gerakan mulut dan lidah yang berbeda dari yang biasa dilakukannya saat menyusu dari ibunya, maka si bayi akan mengakomodasi hal itu dengan akomodasi skema lama. Dengan melakukan hal itu, maka si bayi telah melakukan adaptasi terhadap skema menghisap yang ia miliki dalam situasi baru yaitu gelas. Dengan demikian asimilasi dan akomodasi bekerjasama untuk menghasilkan ekuilibrium dan pertumbuhan.

  • Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif
            Menurut Piaget, pikiran anak-anak dibentuk bukan oleh ajaran orang dewasa atau pengaruh lingkungan lainnya. Anak-anak memang harus berinteraksi dengan lingkungan untuk berkembang, namun merekalah yang membangun struktur-struktur kognitif baru dalam dirinya. Piaget juga yakin bahwa individu melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berfikir yang khas atau berbeda. Tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut:
  1. Tahap Sensorimotorik
            Tahap ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan-tindakan fisik. Dengan berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan-kemampuan melakukan gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka seorang bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan dunianya. Piaget membagi tahap sensorimotorik ini kedalam 6 periode, yaitu:
a.            Periode 1: Penggunaan Refleks-Refleks (Usia 0-1 bulan)
Refleks yang paling jelas pada periode ini adalah refleks menghisap (bayi otomatis menghisap kapanpun bibir mereka disentuh) dan refleks mengarahkan kepala pada sumber rangsangan secara lebih tepat dan terarah. Misalnya jika pipi kanannya disentuh, maka ia akan menggerakkan kepala kearah kanan.

  1. Periode 2: Reaksi Sirkuler Primer (Usia 1-4 bulan)
Reaksi ini terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman baru dan berusaha mengulanginya. Contoh: menghisap jempol. Pada contoh menghisap jempol, bayi mulai mengkoordinasikan 1). Gerakan motorik dari tangannya dan 2). Penggunaan fungsi penglihatan untuk melihat jempol.
  1. Periode 3 : Reaksi Sirkuler sekunder (Usia 4-10 bulan)
Reaksi sirkuler primer terjadi karena melibatkan koordinasi bagian-bagian tubuh bayi sendiri, sedangkan reaksi sirkuler sekunder terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan kembali peristiwa menarik diluar dirinya.
  1. Periode 4 : Koordinasi skema-skema skunder (Usia 10-12 bulan)
Pada periode ini bayi belajar untuk mengkoordinasikan dua skema terpisah untuk mendapatkan hasil. Contoh: suatu hari Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak mainan, namun Piaget menaruh tangannya ditengah jala. Pada awalnya Laurent mengabaikan tangan ayahnya. Dia berusaha menerobos atau berputar mengelilinginya tanpa menggeser tangan ayahnya. Ketika Piaget tetap menaruh tangannya untuk menghalangi anaknya, Laurent terpaksa memukul kotak mainan itu sambil melambaikan tangan, mengguncang tubuhnya sendiri dan mengibaskan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Akhirnya setelah beberapa hari mencoba, Laurent berhasil menggerakkan perintang dengan mengibaskan tangan ayahnya dari jalan sebelum memeluk kotak mainan. Dalam kasus ini, Laurent berhasil mengkoordinasikan dua skema terpisah yaitu: Mengibaskan perintang dan Memeluk kotak mainan.
  1. Periode 5 : Reaksi Sirkuler Tersier (Usia 12-18 bulan)
Pada periode 4, bayi memisahkan dua tindakan untuk mencapai satu hasil tunggal. Pada periode 5 ini bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda untuk mengamati hasil yang berbeda-beda. Contoh: Suatu hari Laurent tertarik dengan meja yang baru dibeli Piaget. Dia memukulnya dengan telapak tangannya beberapa kali. Kadang keras dan kadang lembut untuk mendengarkan perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh tindakannya.
  1. Periode 6 : Permulaan Berfikir (Usia 18-24 bulan)
Pada periode 5 semua temuan-temuan bayi terjadi lewat tindakan fisik, pada periode 6 bayi kelihatannya mulai memikirkan situasi secara lebih internal sebelum pada akhirnya bertindak. Jadi, pada periode ini anak mulai bisa berfikir dalam mencapai lingkungan.
            Pada periode ini anak sudah mulai dapat menentukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan internal, tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambaran atau pemikirannya.
2.            Tahap Pemikiran Pra-Operasional
            Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut Piaget, walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia, namun mereka masih belum mampu untuk melaksanakan “Operation (operasi)”, yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan secara mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik. Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah “kemampuan anak mempergunakan simbol”. Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:
a.            Imitasi tidak langsung
Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang. Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil imitasi.
  1. Permainan Simbolis
Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang pernah dialami. Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya adalah adiknya.
  1. Menggambar
Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar. Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai meniru sesuatu yang riel”. Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis lainnya.

  1. Gambaran Mental
Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati.
Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.
  1. Bahasa Ucapan
Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.
3.            Tahap Operasional Kongkret
Tahap ini berada pada rentang usia 7-11 tahun.tahap ini dicirikan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Anak sudah mengembangkan operasi logis. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
a.            Pengurutan
Kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
  1. Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
  1. Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap gelas lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding gelas kecil yang tinggi.
  1. Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

  1. Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi gelas yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi gelas lain.
  1. Penghilangan sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, Lala menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Lala kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Lala akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Baim.
4. Tahap Operasional Formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia 11 tahun dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan social.
Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Contoh: ketika suatu saat mobil yang ditumpanginya mogok, maka jika penumpangnya adalah seorang anak yang masih dalam tahap operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia hanya menghubungkan sebab akibat dari satu rangkaian saja. Sebaliknya pada remaja yang berada pada tahap berfikir formal, ia akan memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok. Bisa jadi karena businya mati, atau karena platinanya, dll.

A.           Teori Perkembangan kognitif Vygotsky
Karya Vygotsky didasarkan pada dua gagasan utama. Pertama, dia berpendapat bahwa perkembangan intelektual dapat dipahami hanya dari sudut konteks historis dan budaya yang dialami anak-anak. Kedua, dia percaya bahwa perkembanagn bergantung pada system tanda yang ada bersama masing-masing orang ketika mereka tumbuh. Symbol-simbol yang diciptakan budaya untuk membantu berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah, misalnya bahasa, system menulis, atau system budaya.
Berbeda dari Piaget, Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan kognisi sangat terkait dengan masakan dari orang-orang lain. Teori Vygotsky mengatakan bahwa pembelajaran mendahului perkembangan. Bagi Vygotsky, pembelajaran melibatkan perolehan tanda-tanda melalui pengajaran dan informasi dari orang lain. Perkembangan melibatkan internalisasi anak terhadap tanda-tanda ini sehingga sanggup berpikir dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain, kemampuan ini disebut pengaturan diri (self regulation).
Langkah pertama dalam perkembangan kemandirian dan pemikiran independen ialah belajar bahwa tindakan dan suara mempunyai makna. Misalnya, seorang bayi belajar bahwa proses menjangkau suatu objek ditafsirkan oleh orang lain sebagai isyarat bahwa bayi tersebut menginginkan objek itu. Langkah kedua dalam mengembangkan struktur internal dan kemandirian melibatkan praktik. Misalnya, praktik bayi memberikan isyarat yang akan memperoleh perhatian. Langkah terakhir melibatkan penggunaan tanda untuk berpikir dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. Pada saat ini, anak-anak akhirnya mengatur diri sendiri (self regulating) dan system tanda tersebut telah diinternalisasi.
a.            Percakapan pribadi
Percakapan pribadi adalah suatu mekanisme yang ditekankan Vygotsky untuk mengubah pengetahuan bersama menjadi pengetahuan pribadi. Ia berpendapat bahwa anak-anak menyerap percakapan orang lain dan kemudian menggunakan percakapan itu untuk membantu diri sendiri memecahkan masalah.
  1. Zona perkembangan proksimal
Teori Vygotsky menyiratkan bahwa perkembsngsn kognitif dan kemampuan menggunakan pemikiran untuk mengendalikan tindakan-tindakan kita sendiri.
Pertama-tama memerlukan penguasaan system-sistem komunikasi budaya dan kemudian belajar menggunakan system-sistem iniuntuk mengatur proses pemikiran kita sendiri. Sumbangan terpenting teori Vygotsky ialah penekanan terhadap hakikat pembelajaran sosiokultural (Vygotsky, 1978; Karpov & Haywood, 1998). Dia percaya bahwa pembelajaran terjadi ketika anak-anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal mereka (zone of proximal development). Vygotsky percaya bahwa keberfungsian mental yang lebih tinggi biasanya ada dalam percakapan dan kerja sama diantara orang-orang sebelum hal itu ada dalam diri orang tersebut.
  1. Perancahan
Gagasan kunci yang berasal dari pendapat Vygotsky tentang pembelajaran social ialah perancahan (scaffolding), bantuan yang diberikan oleh teman atau orang dewasa yang lebih kompeten. Lazimnya, perancahan berarti menyediakan banyak dukungan kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian menghilangkan dukungan dan meminta anak tersebut memikul tanggung jawab yang makin besar begitu dia sanggup. Orangtua menggunakan perancahan ketika mereka mengajari anak-anak mereka menggunakan permainan baru atau untuk mengikat sepatu mereka (Roggof, 2003).

  1. Pembelajaran kerja sama
Teori-teori Vygotsky mendukung penggunaan strategi pembelajaran kerja sama untuk saling membantu belajar (Slavin, Hurley & Chamberlain, 2003). Karena biasanya teman-teman bekerja dalam zona perkembangan proksimal satu sama lain, mereka menyediakan contoh bagi satu sama lain tentang pemikiran yang sedikit lebih maju. Selain itu, pembelajaran kerja sama memungkinkan percakapan batin anak-anak tersedia bagi anak-anak lain, sehingga mereka dapat memperoleh pemahaman tentang proses penalaran satu sama lain. Vygotsky (1978) sendiri mengakui nilai interaksi sesama teman dalam memajukan anak-anak dalam pemikiran mereka.
            Penerapan teori Vygotsky dalam pengajaran teori-teori pendidikan Vygotsky mempunyai dua implikasi utama yang pertama ialah keinginan menyusun rencana pembelajaran karja sama diantara kelompok-kelompok, siswa yang mempunyai tingkat-tingkat kemampuan yang berbeda. Pengajaran pribadi oleh teman yang lebih kompeten dapat berjalan efektif dalam meningkatkan pertumbuhan dalam zona perkembangan proksimal. Kedua, pendekatan Vygotsky terhadap pengajaran menekankan perancahan, dengan siswa yang mengambil makin banyak tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri.

  • Ide kunci dalam Teori Vygotsky
Vygotsky mengakui bahwa faktor biologis (misalnya, pematangan neurologis) memainkan peran dalam perkembangan. Anak-anak membawa karakteristik tertentu dan menerima yang mereka hadapi untuk situasi tertentu dan tanggapan mereka berbeda-beda. Namun, fokus utama Vygotsky adalah pada peran lingkungan terutama lingkungan sosial dan budaya anak yang mendorong pertumbuhan kognitif. Berikut adalah konsep utama dan prinsip-prinsip dalam teori Vygotsky :
  1. Beberapa proses kognitif yang terlihat unik dan berbeda dengan orang lain. Vygotsky membedakan dua jenis proses atau fungsi kognisi. Banyak jenis menunjukkan fungsi mental yang rendah : belajar dan menanggapi lingkungan tertentu dengan cara dasar-mencari makanan apa yang dimakan, bagaimana cara terbaik untuk mendapatkan dari satu tempat ke tempat lain, dan seterusnya. Tapi manusia unik dalam penggunaan fungsi mental yang lebih tinggi : secara sengaja fokus pada proses kognitif yang meningkatkan belajar, memori, dan penalaran logis.
  2. Melalui kedua percakapan informal dan pendidikan formal, orang dewasa menyampaikan kepada anak-anak cara-cara budaya mereka menafsirkan dan menanggapi dunia. Untuk meningkatkan fungsi mental yang lebih tinggi, orang dewasa mengajarkan pada anak-anak makna atau nilai yang menempel pada benda, peristiwa, dan pengalaman manusia pada umumnya. Dalam prosesnya, mereka berubah atau memediasi situasi pertemuan dengan anak. Makna yang disampaikan melalui berbagai mekanisme, termasuk bahasa (kata-kata yang diucapkan, menulis, dll), simbol matematika, seni, musik, dan sebagainya. Percakapan informal adalah salah satu metode umum yang relevan di mana orang dewasa menyampaikan budaya untuk menafsirkan keadaan tertentu.
  3. Setiap kebudayaan melewati sarana fisik dan kognitif yang membuat hidup bersama setiap hari lebih efektif dan efisien. Tidak hanya orang dewasa mengajari anak-anak cara-cara khusus untuk menafsirkan pengalaman tetapi mereka juga menyampaikan alat khusus yang dapat membantu anak mengatasi berbagai tugas dan masalah mereka yang cenderung untuk dihadapi.
Jadi teori Vygotsky menuntun kita untuk berharap banyak keragaman kemampuan khusus kognitif anak-anak sebagai hasil dari mereka yang bervariasi latar belakang budaya. Misalnya, anak lebih mungkin untuk memperoleh keterampilan membaca peta-peta jika (mungkin dari jalan, sistem kereta bawah tanah, dan pusat perbelanjaan) adalah bagian penting dari komunitas mereka dan kehidupan keluarga (Liben & Myers, 2007). Dan anak-anak belajar menghitung dan berhitung operasi (misalnya, penambahan, perkalian) hanya dalam budaya yang memiliki jumlah yang tepat sistem yang sistematis memberikan simbol yang berbeda untuk jumlah yang berbeda (M. Cole, 2006; Pinker, 2007).

4.            Pemikiran dan bahasa menjadi semakin saling tergantung dalam beberapa tahun pertama kehidupan. Satu alat yang kognitif sangat penting adalah bahasa. Bagi kita sebagai orang dewasa, pemikiran dan bahasa saling berhubungan. Tapi kadang-kadang sekitar usia 2 tahun, pemikiran dan bahasa menjadi saling terkait : Anak mulai untuk mengungkapkan pikiran mereka ketika mereka berbicara, dan mereka mulai berpikir dari segi kata-kata. Dalam pandangan Vygotsky, seperti self-talk (juga dikenal sebagai pidato pribadi) memainkan peran penting dalam perkembangan kognitif. Self-talk akhirnya berkembang menjadi inner speech, di mana anak-anak berbicara sendiri lewat mental bukan lewat suara. Artinya, mereka terus mengarahkan diri secara verbal melalui tugas dan kegiatan, tetapi yang lain tidak bisa lagi melihat dan mendengar yang mereka melakukan.
5.            Proses mental Kompleks muncul dari kegiatan sosial, seperti anak-anak mengembangkan, mereka secara bertahap internalisasi proses yang mereka gunakan dalam konteks sosial dan mulai menggunakannya secara mandiri. Vygotsky diusulkan bahwa fungsi mental yang lebih tinggi memiliki akar dalam interaksi sosial. Sebagai anak-anak, mereka mendiskusikan benda, peristiwa, tugas, dan masalah dengan orang dewasa dan lainnya. sering dalam konteks budaya sehari-hari kegiatan mereka secara bertahap dimasukkan ke dalam cara mereka sendiri memikirkan cara-cara di mana orang-orang di sekitar mereka berbicara tentang dan menafsirkan dunia, dan mereka mulai menggunakan kata-kata, konsep, simbol, dan strategi pada dasarnya, kognitif alat yang khas untuk budaya mereka. Proses melalui mana kegiatan sosial berkembang menjadi kegiatan mental internal disebut internalisasi.
6.            Anak-anak berpikir sesuai budaya mereka dan cara mereka sendiri. Anak-anak tentu tidak menginternalisasi apa yang mereka lihat dan dengar dalam konteks sosial.
Sebaliknya, mereka sering mengubah ide, strategi , dan alat-alat kognitif lainnya untuk memenuhi kebutuhan dan dengan tujuan merka sendiri. Teori Vygotsky memiliki unsur konstruktivis untuk itu. Istilah apropriasi mengacu pada proses ini internalisasi tetapi juga mengadaptasi ide-ide dan strategi budaya seseorang untuk digunakan sendiri.
7.            Anak-anak dapat menyelesaikan tugas-tugas lebih sulit ketika mereka memiliki bantuan dari banyak orang yang lebih paham atau pandai dan kompeten dari diri mereka. Vygotsky membedakan antara dua jenis tingkat kemampuan yang mencirikan keterampilan anak-anak pada setiap titik tertentu dalam perkembangan. tingkat perkembangan seorang anak adalah batas atas tugas-tugas yang ia dapat melakukan secara mandiri, tanpa bantuan dari orang lain. Tingkat seorang anak perkembangan potensial adalah batas atas tugas bahwa dia dapat melakukan dengan bantuan individu yang lebih kompeten. Untuk mendapatkan yang benar rasa perkembangan kognitif anak, Vygotsky menyarankan, kita harus menilai kemampuan mereka baik saat melakukan sendirian dan ketika tampil dengan bantuan.
8.            Tugas Menantang mendorong pertumbuhan kognitif yang maksimal. Berbagai tugas bahwa anak-anak belum biasa melakukan secara mandiri tetapi dapat melakukan dengan bantuan dan bimbingan dari orang lain. ZPD Seorang anak termasuk belajar dan kemampuan pemecahan masalah yang baru mulai muncul dan mengembangkan kemampuan secara matang. ZPD setiap anak akan berubah seiring waktu. Sebagai beberapa tugas yang dikuasai, yang lebih kompleks akan muncul untuk menyajikan tantangan baru. Singkatnya, itu adalah tantangan dalam hidup, daripada keberhasilan mudah, yang mempromosikan perkembangan kognitif.
9.            Bermain memungkinkan anak-anak untuk ”meregangkan“ kognitif sendiri. Dalam bermain anak selalu berperilaku melampaui rata-rata usianya, di atas perilaku sehari-hari, dalam bermain itu seolah-olah dia adalah kepala lebih tinggi dari dirinya sendiri ” (Vygotsky, 1978, hlm.102) Selain itu, karena anak-anak bermain, perilaku mereka harus mengikuti standar atau harapan tertentu. Pada tahun-tahun awal sekolah dasar, anak-anak sering bertindak sesuai dengan bagaimana seorang ayah, guru, atau pelayan akan berperilaku. Dalam pertandingan grup terorganisir dan olahraga yang datang kemudian, anak-anak harus mengikuti set spesifik aturan. Dengan berpegang pada batasan tertentu pada perilaku mereka, anak-anak belajar untuk merencanakan ke depan, untuk berpikir sebelum bertindak, dan untuk terlibat dalam menahan diri-keterampilan yang penting untuk partisipasi sukses di dunia orang.









TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN PIAGET DAN PERKEMBANGAN BAHASA VYGOTSKY
2014/2015



images.jpg




NAMA: FARIS AKHMAD
NIM: 13181042
FAKULTAS: PSIKOLOGI
UNIVERSITAS BINADARMA

PALEMBANG