I.
Pengertian Kognitif secara umum
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan.
Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan:
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication),
analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif
berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan
rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya
untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.
Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang
lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara
kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya. Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga
pendidik misalnya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif.
Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan
materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai
siswa dan sebagainya.
II.
Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Teori perkembangan
kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan bagaimana anak
beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian
sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek
seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri,
orangtua dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokan objek-objek untuk
mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami
penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan
untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut. Piaget
memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun pengetahuannya
mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi.
Walaupun proses berfikir
dalam konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalaman dengan
dunia sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan
informasi yang ia peroleh melalui pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya
pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punya. Piaget
percaya bahawa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau
priode-periode yang terus bertambah kompleks. Menurut teori tahapan Piaget,
setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat
invariant, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan kualitatif ini
terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkunagn serta
adanya pengorganisasian struktur berfikir. Sebagai seorang yang memperoleh
pendidikan dasar dalam bidang eksakta, yaitu biologis, maka pendekatan dan
uraian dari teorinya terpengaruh aspek biologi.
Teori Piaget merupakan
akar revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada proses mental. Piaget
mengambil perspektif organismik, yang memandang perkembangan kognitif sebagai
produk usaha anak untuk memahami dan bertindak dalam dunia mereka. Menurut
Piaget, bahwa perkembangan kognitif dimulai dengan kemampuan bawaan untuk
beradaptasi dengan lingkungan. Dengan kemampuan bawaan yang bersifat biologis
itu, Piaget mengamati bayi-bayi mewarisi reflek-reflek seperti reflek
menghisap. Reflek ini sangat penting dalam bulan-bulan pertama kehidupan
mereka, namun semakin berkurang signifikansinya pada perkembangan selanjutnya.
Jean Piaget menyelidiki mengapa dan bagaimana kemampuan mental berubah
lama-kelamaan. Bagi Piaget, perkembangan bergantung sebagian besar pada
manipulasi anak terhadap dan interaksi aktif dengan lingkungan. Dalam pandangan
Piaget, pengetahuan berasal dari tindakan. Teori perkembangan kognisi Piaget
menyatakan bahwa kecerdasan atau kemampuan kognisi seorang anak mengalami
kemajuan melalui empat tahap yang jelas. Masing-masing tahap dicirikan oleh
kemunculan kemampuan-kemampuan baru dan cara mengolah informasi.
- Pertumbuhan
atau perkembangan kognitif terjadi melalui tiga proses yang saling
berhubungan, yaitu:
1.
Organisasi
Merupakan istilah yang
digunakan Piaget untuk mengintegrasikan pengetahuan kedalam sistem-sistem.
Dengan kata lain, organisasi adalah sistem pengetahuan atau cara berfikir yang
disertai dengan pencitraan realitas yang semakin akurat. Contoh: anak laki-laki
yang baru berumur 4 bulan mampu untuk menatap dan menggenggam objek.
Setelah itu dia berusaha
mengkombunasikan dua kegiatan ini (menatap dan menggenggam) dengan menggenggam
objek-objek yang dilihatnya. Dalam sistem kognitif, organisasi memiliki
kecenderungan untuk membuat struktur kognitif menjadi semakin komplek.
Struktur-struktur kognitif disebut skema. Skema adalah pola prilaku
terorganisir yang digunakan seseorang untuk memikirkan dan melakukan tindakan
dalam situasi tertentu. Contoh: gerakan reflek menyedot pada bayi yaitu gerakan
otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan menarik.
2.
Adaptasi
Merupakan cara anak
untuk memperlakukan informasi baru dengan mempertimbangkan apa yang
telah mereka ketahui. Adaptasi ini dilakukan dengan dua langkah, yaitu:
a.
Asimilasi, merupakan
istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada peleburan informasi baru
kedalam struktur kognitif yang sudah ada. Seorang individu dikatakan melakukan
proses adaptasi melalui asimilasi, jika individu tersebut menggabungkan
informasi baru yang dia terima kedalam pengetahuan mereka yang telah ada.
Contoh asimilasi kognitif: seorang anak yang diperlihatkan segitiga sama sisi, kemudian setelah itu diperlihatkan segitiga yang lain yaitu siku-siku. Asimilasi terjadi jika si anak menjawab bahwa segitiga siku-siku yang diperlihatkan adalah segitiga sama sisi.
Contoh asimilasi kognitif: seorang anak yang diperlihatkan segitiga sama sisi, kemudian setelah itu diperlihatkan segitiga yang lain yaitu siku-siku. Asimilasi terjadi jika si anak menjawab bahwa segitiga siku-siku yang diperlihatkan adalah segitiga sama sisi.
b.
Akomodasi, merupakan istilah
yang digunakan Piaget untuk merujuk pada perubahan yang terjadi pada sebuah
struktur kognitif dalam rangka menampung informasi baru. Jadi, dikatakan
akomodasi jika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru. Melalui
akomodasi ini, struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang mengalami
perubahan sesuai dengan rangsangan-rangsangan dari objeknya.
Contoh: si anak bisa menjawab segitiga siku-siku pada segitiga yang diperlihatkan kedua.
Contoh: si anak bisa menjawab segitiga siku-siku pada segitiga yang diperlihatkan kedua.
3. Ekuilibrasi
Yaitu istilah yang merujuk pada kecenderungan
untuk mencari keseimbangan pada elemen-elemen kognisi. Ekuilibrasi diartikan
sebagai kemampuan yang mengatur dalam diri individu agar ia mampu
mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Agar terjadi ekuilibrasi antara diri dengan
lingkungan, maka peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara
terpadu, bersama-sama dan komplementer. Contoh: bayi yang biasanya mendapat
susu dari payudara ibu ataupun botol, kemudian diberi susu dengan gelas
tertutup (untuk latihan minum dari gelas). Ketika bayi menemukan bahwa menyedot
air gelas membutuhkan gerakan mulut dan lidah yang berbeda dari yang biasa
dilakukannya saat menyusu dari ibunya, maka si bayi akan mengakomodasi hal itu
dengan akomodasi skema lama. Dengan melakukan hal itu, maka si bayi telah
melakukan adaptasi terhadap skema menghisap yang ia miliki dalam situasi baru
yaitu gelas. Dengan demikian asimilasi dan akomodasi bekerjasama untuk
menghasilkan ekuilibrium dan pertumbuhan.
- Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif
Menurut
Piaget, pikiran anak-anak dibentuk bukan oleh ajaran orang dewasa atau pengaruh
lingkungan lainnya. Anak-anak memang harus berinteraksi dengan lingkungan untuk
berkembang, namun merekalah yang membangun struktur-struktur kognitif baru
dalam dirinya. Piaget juga yakin bahwa individu melalui empat tahap dalam
memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara
berfikir yang khas atau berbeda. Tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget
adalah sebagai berikut:
- Tahap Sensorimotorik
Tahap
ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun.
Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan
mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar)
dengan tindakan-tindakan fisik. Dengan berfungsinya alat-alat indera serta
kemampuan-kemampuan melakukan gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka
seorang bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan
dunianya. Piaget membagi tahap sensorimotorik ini kedalam 6 periode, yaitu:
a.
Periode 1: Penggunaan
Refleks-Refleks (Usia 0-1 bulan)
Refleks yang paling jelas pada periode ini
adalah refleks menghisap (bayi otomatis menghisap kapanpun bibir mereka
disentuh) dan refleks mengarahkan kepala pada sumber rangsangan secara lebih
tepat dan terarah. Misalnya jika pipi kanannya disentuh, maka ia akan
menggerakkan kepala kearah kanan.
- Periode
2: Reaksi Sirkuler Primer (Usia 1-4 bulan)
Reaksi ini terjadi ketika bayi menghadapi sebuah
pengalaman baru dan berusaha mengulanginya. Contoh: menghisap jempol. Pada
contoh menghisap jempol, bayi mulai mengkoordinasikan 1). Gerakan motorik dari
tangannya dan 2). Penggunaan fungsi penglihatan untuk melihat jempol.
- Periode
3 : Reaksi Sirkuler sekunder (Usia 4-10 bulan)
Reaksi sirkuler primer terjadi karena melibatkan
koordinasi bagian-bagian tubuh bayi sendiri, sedangkan reaksi sirkuler sekunder
terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan kembali peristiwa menarik diluar
dirinya.
- Periode
4 : Koordinasi skema-skema skunder (Usia 10-12 bulan)
Pada periode ini bayi belajar untuk
mengkoordinasikan dua skema terpisah untuk mendapatkan hasil. Contoh: suatu
hari Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak mainan, namun Piaget menaruh
tangannya ditengah jala. Pada awalnya Laurent mengabaikan tangan ayahnya. Dia
berusaha menerobos atau berputar mengelilinginya tanpa menggeser tangan
ayahnya. Ketika Piaget tetap menaruh tangannya untuk menghalangi anaknya,
Laurent terpaksa memukul kotak mainan itu sambil melambaikan tangan, mengguncang
tubuhnya sendiri dan mengibaskan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain.
Akhirnya setelah beberapa hari mencoba, Laurent berhasil menggerakkan perintang
dengan mengibaskan tangan ayahnya dari jalan sebelum memeluk kotak mainan.
Dalam kasus ini, Laurent berhasil mengkoordinasikan dua skema terpisah yaitu:
Mengibaskan perintang dan Memeluk kotak mainan.
- Periode
5 : Reaksi Sirkuler Tersier (Usia 12-18 bulan)
Pada periode 4, bayi memisahkan dua tindakan
untuk mencapai satu hasil tunggal. Pada periode 5 ini bayi bereksperimen dengan
tindakan-tindakan yang berbeda untuk mengamati hasil yang berbeda-beda. Contoh:
Suatu hari Laurent tertarik dengan meja yang baru dibeli Piaget. Dia memukulnya
dengan telapak tangannya beberapa kali. Kadang keras dan kadang lembut untuk
mendengarkan perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh tindakannya.
- Periode
6 : Permulaan Berfikir (Usia 18-24 bulan)
Pada periode 5 semua temuan-temuan bayi terjadi
lewat tindakan fisik, pada periode 6 bayi kelihatannya mulai memikirkan situasi
secara lebih internal sebelum pada akhirnya bertindak. Jadi, pada periode ini
anak mulai bisa berfikir dalam mencapai lingkungan.
Pada
periode ini anak sudah mulai dapat menentukan cara-cara baru yang tidak hanya
berdasarkan rabaan fisis dan internal, tetapi juga dengan koordinasi internal
dalam gambaran atau pemikirannya.
2.
Tahap
Pemikiran Pra-Operasional
Tahap
ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai
melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut
Piaget, walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia,
namun mereka masih belum mampu untuk melaksanakan “Operation (operasi)”, yaitu
tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan
secara mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik. Perbedaan tahap ini
dengan tahap sebelumnya adalah “kemampuan anak mempergunakan simbol”.
Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:
a.
Imitasi tidak langsung
Anak mulai dapat
menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang bendanya
sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang
dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang. Contoh: anak
dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil
imitasi.
- Permainan Simbolis
Sifat permainan simbolis
ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang pernah dialami.
Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya
adalah adiknya.
- Menggambar
Pada tahap ini merupakan
jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur pada permainan
simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar.
Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai
meniru sesuatu yang riel”. Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil
atau alat tulis lainnya.
- Gambaran Mental
Merupakan penggambaran
secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Gambaran mental anak
pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang
sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati.
Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.
Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.
- Bahasa Ucapan
Anak menggunakan suara
atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui bahasa anak dapat
berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.
3.
Tahap
Operasional Kongkret
Tahap ini berada pada
rentang usia 7-11 tahun.tahap ini dicirikan dengan perkembangan system pemikiran
yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Anak sudah mengembangkan operasi
logis. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
a.
Pengurutan
Kemampuan untuk mengurutkan objek menurut
ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran,
mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
- Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau
karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan
berperasaan).
- Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu
permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi
menganggap gelas lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding gelas kecil
yang tinggi.
- Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau
benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak
dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4,
jumlah sebelumnya.
- Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah
benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek
atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi gelas yang seukuran
dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang
ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi gelas
lain.
- Penghilangan
sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat
sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir
dengan cara yang salah). Sebagai contoh, Lala menyimpan boneka di dalam kotak,
lalu meninggalkan ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu ke dalam laci,
setelah itu baru Lala kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan
mengatakan bahwa Lala akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau
anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Baim.
4. Tahap Operasional Formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir
perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam
usia 11 tahun dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah
diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang
dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Dilihat dari
faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai
perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis,
kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan social.
Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan
untuk berpikir sistematis, yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan untuk
memecahkan suatu persoalan. Contoh: ketika suatu saat mobil yang ditumpanginya
mogok, maka jika penumpangnya adalah seorang anak yang masih dalam tahap
operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia
hanya menghubungkan sebab akibat dari satu rangkaian saja. Sebaliknya pada
remaja yang berada pada tahap berfikir formal, ia akan memikirkan beberapa
kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok. Bisa jadi karena businya mati,
atau karena platinanya, dll.
A.
Teori
Perkembangan kognitif Vygotsky
Karya Vygotsky
didasarkan pada dua gagasan utama. Pertama, dia berpendapat bahwa perkembangan
intelektual dapat dipahami hanya dari sudut konteks historis dan budaya yang
dialami anak-anak. Kedua, dia percaya bahwa perkembanagn bergantung pada system
tanda yang ada bersama masing-masing orang ketika mereka tumbuh. Symbol-simbol
yang diciptakan budaya untuk membantu berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan
masalah, misalnya bahasa, system menulis, atau system budaya.
Berbeda dari Piaget,
Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan kognisi sangat terkait dengan masakan
dari orang-orang lain. Teori Vygotsky mengatakan bahwa pembelajaran mendahului
perkembangan. Bagi Vygotsky, pembelajaran melibatkan perolehan tanda-tanda
melalui pengajaran dan informasi dari orang lain. Perkembangan melibatkan
internalisasi anak terhadap tanda-tanda ini sehingga sanggup berpikir dan
memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain, kemampuan ini disebut pengaturan
diri (self regulation).
Langkah pertama dalam
perkembangan kemandirian dan pemikiran independen ialah belajar bahwa tindakan
dan suara mempunyai makna. Misalnya, seorang bayi belajar bahwa proses
menjangkau suatu objek ditafsirkan oleh orang lain sebagai isyarat bahwa bayi
tersebut menginginkan objek itu. Langkah kedua dalam mengembangkan struktur
internal dan kemandirian melibatkan praktik. Misalnya, praktik bayi memberikan
isyarat yang akan memperoleh perhatian. Langkah terakhir melibatkan penggunaan
tanda untuk berpikir dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. Pada saat
ini, anak-anak akhirnya mengatur diri sendiri (self regulating) dan
system tanda tersebut telah diinternalisasi.
a.
Percakapan pribadi
Percakapan pribadi
adalah suatu mekanisme yang ditekankan Vygotsky untuk mengubah pengetahuan
bersama menjadi pengetahuan pribadi. Ia berpendapat bahwa anak-anak menyerap
percakapan orang lain dan kemudian menggunakan percakapan itu untuk membantu
diri sendiri memecahkan masalah.
- Zona perkembangan proksimal
Teori Vygotsky
menyiratkan bahwa perkembsngsn kognitif dan kemampuan menggunakan pemikiran
untuk mengendalikan tindakan-tindakan kita sendiri.
Pertama-tama memerlukan
penguasaan system-sistem komunikasi budaya dan kemudian belajar menggunakan
system-sistem iniuntuk mengatur proses pemikiran kita sendiri. Sumbangan
terpenting teori Vygotsky ialah penekanan terhadap hakikat pembelajaran
sosiokultural (Vygotsky, 1978; Karpov & Haywood, 1998). Dia percaya bahwa
pembelajaran terjadi ketika anak-anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal
mereka (zone of proximal development). Vygotsky percaya bahwa
keberfungsian mental yang lebih tinggi biasanya ada dalam percakapan dan kerja
sama diantara orang-orang sebelum hal itu ada dalam diri orang tersebut.
- Perancahan
Gagasan kunci yang berasal dari pendapat
Vygotsky tentang pembelajaran social ialah perancahan (scaffolding),
bantuan yang diberikan oleh teman atau orang dewasa yang lebih kompeten.
Lazimnya, perancahan berarti menyediakan banyak dukungan kepada seorang anak
selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian menghilangkan dukungan dan
meminta anak tersebut memikul tanggung jawab yang makin besar begitu dia
sanggup. Orangtua menggunakan perancahan ketika mereka mengajari anak-anak
mereka menggunakan permainan baru atau untuk mengikat sepatu mereka (Roggof,
2003).
- Pembelajaran kerja sama
Teori-teori Vygotsky
mendukung penggunaan strategi pembelajaran kerja sama untuk saling membantu
belajar (Slavin, Hurley & Chamberlain, 2003). Karena biasanya teman-teman
bekerja dalam zona perkembangan proksimal satu sama lain, mereka menyediakan
contoh bagi satu sama lain tentang pemikiran yang sedikit lebih maju. Selain
itu, pembelajaran kerja sama memungkinkan percakapan batin anak-anak tersedia
bagi anak-anak lain, sehingga mereka dapat memperoleh pemahaman tentang proses
penalaran satu sama lain. Vygotsky (1978) sendiri mengakui nilai interaksi
sesama teman dalam memajukan anak-anak dalam pemikiran mereka.
Penerapan teori Vygotsky dalam pengajaran teori-teori
pendidikan Vygotsky mempunyai dua implikasi utama yang pertama ialah keinginan
menyusun rencana pembelajaran karja sama diantara kelompok-kelompok, siswa yang
mempunyai tingkat-tingkat kemampuan yang berbeda. Pengajaran pribadi oleh teman
yang lebih kompeten dapat berjalan efektif dalam meningkatkan pertumbuhan dalam
zona perkembangan proksimal. Kedua, pendekatan Vygotsky terhadap pengajaran
menekankan perancahan, dengan siswa yang mengambil makin banyak tanggung jawab
untuk pembelajaran mereka sendiri.
- Ide
kunci dalam Teori Vygotsky
Vygotsky mengakui bahwa
faktor biologis (misalnya, pematangan neurologis) memainkan peran dalam
perkembangan. Anak-anak membawa karakteristik tertentu dan menerima yang mereka
hadapi untuk situasi tertentu dan tanggapan mereka berbeda-beda. Namun, fokus
utama Vygotsky adalah pada peran lingkungan terutama lingkungan sosial dan
budaya anak yang mendorong pertumbuhan kognitif. Berikut adalah konsep utama
dan prinsip-prinsip dalam teori Vygotsky :
- Beberapa
proses kognitif yang terlihat unik dan berbeda dengan orang lain. Vygotsky
membedakan dua jenis proses atau fungsi kognisi. Banyak jenis menunjukkan fungsi
mental yang rendah : belajar dan menanggapi lingkungan tertentu dengan
cara dasar-mencari makanan apa yang dimakan, bagaimana cara terbaik untuk
mendapatkan dari satu tempat ke tempat lain, dan seterusnya. Tapi manusia
unik dalam penggunaan fungsi mental yang lebih tinggi : secara
sengaja fokus pada proses kognitif yang meningkatkan belajar, memori, dan
penalaran logis.
- Melalui
kedua percakapan informal dan pendidikan formal, orang dewasa menyampaikan
kepada anak-anak cara-cara budaya mereka menafsirkan dan menanggapi dunia. Untuk meningkatkan fungsi mental yang lebih tinggi,
orang dewasa mengajarkan pada anak-anak makna atau nilai yang menempel
pada benda, peristiwa, dan pengalaman manusia pada umumnya. Dalam
prosesnya, mereka berubah atau memediasi situasi pertemuan dengan anak.
Makna yang disampaikan melalui berbagai mekanisme, termasuk bahasa
(kata-kata yang diucapkan, menulis, dll), simbol matematika, seni, musik,
dan sebagainya. Percakapan informal adalah salah satu metode umum yang
relevan di mana orang dewasa menyampaikan budaya untuk menafsirkan keadaan
tertentu.
- Setiap
kebudayaan melewati sarana fisik dan kognitif yang membuat hidup bersama
setiap hari lebih efektif dan efisien.
Tidak hanya orang dewasa mengajari anak-anak cara-cara khusus untuk
menafsirkan pengalaman tetapi mereka juga menyampaikan alat khusus yang
dapat membantu anak mengatasi berbagai tugas dan masalah mereka yang
cenderung untuk dihadapi.
Jadi teori Vygotsky menuntun kita untuk berharap banyak keragaman
kemampuan khusus kognitif anak-anak sebagai hasil dari mereka yang bervariasi
latar belakang budaya. Misalnya, anak lebih mungkin untuk memperoleh
keterampilan membaca peta-peta jika (mungkin dari jalan, sistem kereta bawah
tanah, dan pusat perbelanjaan) adalah bagian penting dari komunitas mereka dan
kehidupan keluarga (Liben & Myers, 2007). Dan anak-anak belajar menghitung
dan berhitung operasi (misalnya, penambahan, perkalian) hanya dalam budaya yang
memiliki jumlah yang tepat sistem yang sistematis memberikan simbol yang
berbeda untuk jumlah yang berbeda (M. Cole, 2006; Pinker, 2007).
4.
Pemikiran
dan bahasa menjadi semakin saling tergantung dalam beberapa tahun pertama
kehidupan. Satu alat yang
kognitif sangat penting adalah bahasa. Bagi kita sebagai orang dewasa,
pemikiran dan bahasa saling berhubungan. Tapi kadang-kadang sekitar usia 2
tahun, pemikiran dan bahasa menjadi saling terkait : Anak mulai untuk
mengungkapkan pikiran mereka ketika mereka berbicara, dan mereka mulai berpikir
dari segi kata-kata. Dalam pandangan Vygotsky, seperti self-talk (juga
dikenal sebagai pidato pribadi) memainkan peran penting dalam perkembangan kognitif.
Self-talk akhirnya berkembang menjadi inner speech, di mana anak-anak
berbicara sendiri lewat mental bukan lewat suara. Artinya, mereka terus
mengarahkan diri secara verbal melalui tugas dan kegiatan, tetapi yang lain
tidak bisa lagi melihat dan mendengar yang mereka melakukan.
5.
Proses
mental Kompleks muncul dari kegiatan sosial, seperti anak-anak mengembangkan,
mereka secara bertahap internalisasi proses yang mereka gunakan dalam konteks
sosial dan mulai menggunakannya secara mandiri. Vygotsky diusulkan bahwa fungsi mental yang
lebih tinggi memiliki akar dalam interaksi sosial. Sebagai anak-anak, mereka
mendiskusikan benda, peristiwa, tugas, dan masalah dengan orang dewasa dan
lainnya. sering dalam konteks budaya sehari-hari kegiatan mereka secara bertahap
dimasukkan ke dalam cara mereka sendiri memikirkan cara-cara di mana
orang-orang di sekitar mereka berbicara tentang dan menafsirkan dunia, dan
mereka mulai menggunakan kata-kata, konsep, simbol, dan strategi pada dasarnya,
kognitif alat yang khas untuk budaya mereka. Proses melalui mana kegiatan
sosial berkembang menjadi kegiatan mental internal disebut internalisasi.
6.
Anak-anak
berpikir sesuai budaya mereka dan cara mereka sendiri. Anak-anak tentu tidak
menginternalisasi apa yang mereka lihat dan dengar dalam konteks sosial.
Sebaliknya, mereka sering mengubah ide, strategi
, dan alat-alat kognitif lainnya untuk memenuhi kebutuhan dan dengan tujuan
merka sendiri. Teori Vygotsky memiliki unsur konstruktivis untuk itu. Istilah
apropriasi mengacu pada proses ini internalisasi tetapi juga mengadaptasi
ide-ide dan strategi budaya seseorang untuk digunakan sendiri.
7.
Anak-anak
dapat menyelesaikan tugas-tugas lebih sulit ketika mereka memiliki bantuan dari
banyak orang yang lebih paham atau pandai dan kompeten dari diri mereka. Vygotsky membedakan antara dua jenis tingkat
kemampuan yang mencirikan keterampilan anak-anak pada setiap titik tertentu
dalam perkembangan. tingkat perkembangan seorang anak adalah batas atas
tugas-tugas yang ia dapat melakukan secara mandiri, tanpa bantuan dari orang
lain. Tingkat seorang anak perkembangan potensial adalah batas atas tugas bahwa
dia dapat melakukan dengan bantuan individu yang lebih kompeten. Untuk
mendapatkan yang benar rasa perkembangan kognitif anak, Vygotsky menyarankan,
kita harus menilai kemampuan mereka baik saat melakukan sendirian dan ketika
tampil dengan bantuan.
8.
Tugas
Menantang mendorong pertumbuhan kognitif yang maksimal. Berbagai tugas bahwa anak-anak belum biasa
melakukan secara mandiri tetapi dapat melakukan dengan bantuan dan bimbingan
dari orang lain. ZPD Seorang anak termasuk belajar dan kemampuan pemecahan
masalah yang baru mulai muncul dan mengembangkan kemampuan secara matang. ZPD
setiap anak akan berubah seiring waktu. Sebagai beberapa tugas yang dikuasai,
yang lebih kompleks akan muncul untuk menyajikan tantangan baru. Singkatnya,
itu adalah tantangan dalam hidup, daripada keberhasilan mudah, yang
mempromosikan perkembangan kognitif.
9.
Bermain
memungkinkan anak-anak untuk ”meregangkan“ kognitif sendiri. Dalam bermain anak selalu berperilaku
melampaui rata-rata usianya, di atas perilaku sehari-hari, dalam bermain itu
seolah-olah dia adalah kepala lebih tinggi dari dirinya sendiri ” (Vygotsky,
1978, hlm.102) Selain itu, karena anak-anak bermain, perilaku mereka harus
mengikuti standar atau harapan tertentu. Pada tahun-tahun awal sekolah dasar,
anak-anak sering bertindak sesuai dengan bagaimana seorang ayah, guru, atau
pelayan akan berperilaku. Dalam pertandingan grup terorganisir dan olahraga
yang datang kemudian, anak-anak harus mengikuti set spesifik aturan. Dengan
berpegang pada batasan tertentu pada perilaku mereka, anak-anak belajar untuk
merencanakan ke depan, untuk berpikir sebelum bertindak, dan untuk terlibat
dalam menahan diri-keterampilan yang penting untuk partisipasi sukses di dunia
orang.
TEORI
PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN PIAGET DAN PERKEMBANGAN BAHASA VYGOTSKY
2014/2015

NAMA:
FARIS AKHMAD
NIM:
13181042
FAKULTAS:
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
BINADARMA
PALEMBANG
